Perkenalkan
nama saya Muhammad Danie Riantiarno Saputra, ya mungkin terlalu panjang nama
pemberian orang tua saya untuk di ingat. Maka bisa panggil saya dengan Danie
aja, saya lahir di Klaten tepatnya di dusun Kauman kelurahan juwiran kecamatan
juwiring kabupaten Klaten. Dan saya lahir pada tanggal 17 Maret 1995, kebetulan
umur saya sekarang masih 20 tahun mau masuk 21 tahun. Saya adalah anak kedua
dari 2 bersaudara dan kakak saya Perempuan kebetulan baru tahun kemarin
menikah, dan ikut tinggal bersama suaminya. Kami sekeluarga sekarang tidak
tinggal bersama satu rumah lagi, Ayah saya yang bekerja di semarang dan saya
sedang menempuh perkuliahan jenjang Strata 1 di jogja, jadi yang hanya ada di
rumah tinggal ibu saya. Tapi setiap minggu sekali kita sempatkan untuk pulang
ke rumah, untuk berkumpul bersama-sama kembali.
Jenjang
pendidikan yang pernah saya tempuh dari saya masih anak-anak sampai dewasa ini,
di awali dari Sekolah TK yang deket dengan kampung saya, begitupun dengan
sekolah SD saya kebetulan masih satu kampung. Sewaktu saya TK dan SD sangat
nakal serta jail kalau sedang menerima pelajaran, sampai-sampai teman satu
kelas aku jaili semua dalam sehari, tetapi semasa itu saya orangnya rajin dan
terbilang pintar di kelas. Dan ketika saya menginjak masa SMP yang lokasinya
lumayan jauh dari rumah saya, sehingga saya harus menempuh perjalanan selama 15
menit dengan sepeda, enggak kebayangkan kalau berangkat dengan jalan kaki. Sewaktu
smp saya orangnya sangat pendiem dan lebih memilih menyendiri dari pada
berkumpul dengan teman-teman, dari mulai smp saya mulai agak malas-malasan dan
jarang belajar. Saya lebih suka menggambar ataupun menekuni kesukaan saya di
bidang seni visual, dan dari situ saya mulai belajar menggambar, mendesain,
ataupun berkarya di media-media di sekitaran rumah seperti tembok. Ketika saya
memasuki masa sekolah terakhir saya mengambil Jurusan Teknik Infiormatika di
SMK Negeri tepatnya di kota Surakarta atau Solo, karena saya mengambil jurusan
yang tiap harinya harus berkutat di depan komputer tapi saya malah menghabiskan
waktu saya di depan komputer untuk belajar Desain atau Mengedit gambar.
Setelah lulus sekolah saya langsung mencari perguruan
tinggi negeri melalui jalur undangan, dan kebetulan saya di terima di sebuah
PTN di kota bandung. Karena ketidakyakinan akan jurusan yang saya ambil serta
biaya kuliah yang terbilang tinggi, saya akhirnya mengurungkan niat untuk
kuliah disitu. Dan lebih memilih kuliah di jogja yang katanya biaya kuliah sama
biaya hidup terbilang murah, saya akhirnya masuk ke Universitas Mercu Buana
Yogyakarta mengambil jurusan Manajemen. Saya mengambil jurusan manajemen karena
di bidang ini lebih bebas menentukan karier saya di masa mendatang, ketika
menerima ilmu manajemen di kampus saya belajar banyak tentang penggunaan
manajemen di kehidupan sehari-hari, mulai dari mengatur waktu dan mengatur
keuangan. Pada perkuliahan manajemen saya lebih terfokus dalam dunia pemasaran,
karena tanpa ada team pemasaran yang baik suatu perusahaan akan kesulitan untuk
memasarkan produknya ataupun jasanya, dalam suatu perusahaan orang yang
melakukan pemasaran adalah orang yang berdiri di garda paling depan untuk
bersain dengan perusahaan-perusahaan lain.
Dalam
hal pemasaran saya belajar tentang gimana caranya memperkenalkan suatu produk,
menghitung biaya periklanan, dan yang paling penting disini saya belajar gimana
caranya untuk mendesain produk supaya lebih menarik dan dapat mendefinisikan
produk yang saya desain. Karena kesukaan terhadap desain visual saya terus
mendesain produk-produk yang punya daya jual tinggi, tetapi saya belum
menemukan produk yang bisa saya produksi dengan maksimal. Untuk menekuni suatu
usaha tentu saja kita harus meluangkan waktu sepenuhnya untuk usaha, mungkin
dengan passion yang cocok maka waktu bukanlah masalah bagi saya.
Waktu
kuliah Kewirausahaan saya di wajibkan membuat usaha, dengan tema kelas
perubahaan saya memilih membuat usaha di bidang percetakan karena passion saya
adalah desain. Disitu saya belum puas dikarenakan produk saya hanyalah kemasan
yang tentu saja harus menunggu pesanan dari orang lain, sehingga saya mencari
ide supaya kemasan yang saya buat bisa bermanfaat dengan produk yang di buat.
Akhirnya aku menciptakan produk Teh kemasan dengan cara penyajian secara celup,
disini produk saya kasih nama “DANS TEA” yang di ambil dari singkatan nama
saya, supaya orang kalau mendengar produk saya langsung teringat dengan saya.
Pada produk DANS TEA saya naungi dengan merk “DEFERED” .
Awal
mula saya memilih produk teh ketika sedang bengong dan kebetulan saya mau
menyeduh Teh, saat saya sedang membuka kemasan teh tersebut langsung kepikiran
ingin membuat produk serupa dengan kemasan yang lebih menarik dan uptudate, dan
kebetulan kemasan teh yang mau aku seduh kemasannya kurang menarik. Berawal
dari pengalaman itulah akhirnya saya fokuskan untuk membuat produk tersebut.
Di
mulai dengan mendesain kemasan teh yang lebih menarik agar terlihat lebih hijau
untuk di lihat, saya mendesain produk dengan warna dasar hijau sehingga bisa
menciptakan kesan yang lebih segar dan nikmat pada produk tersebut. Dalam
mendesain produk saya menggunakan aplikasi komputer yaitu Corel draw, kebetulan
saya juga baru belajar software tersebut jadi ya bisa sambil belajar mengasah
skill untuk meningkatkan pengetahuan saya di bidang desain tentunya. Dan ketika
saya memegang Pic guitar kebetulan dapat inspirasi membuat desain pegangan teh
celup dengan desain seperti bentuk Pic guitar, yang tentu saja bisa
meningkatkan ke indahan desain dan menjadi ciri khas pada produk tersebut.
Belum sampai disitu saya terus memikirkan membuat logo teh gimana supaya lebih
menarik, ikonik, dan mudah di ingat. Saya mulai mendesain logo tersebut dengan
gambar cangkir teh yang di kasih sentuhan pohon teh di atasnya, menggunakan
perpaduan warna merah dan kuning yang menimbulkan kesan mencolok dan menjadi
daya tarik tentunya akan meningkatkan branding tersebut.
Untuk
produk teh sendiri saya punya pengalaman waktu berkunjung di perkebunan teh di
kaki gunung lawu tepatnya di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Saya kesana dengan teman-teman sekolah dulu untuk
merasakan kesejukan dan kesegaran kebun teh yang sesungguhnya, disitu saya bisa
bermain-main sambil menikmati hasil olahan teh tersebut. Ketika saya mau pulang
kebetulan ingin membawa oleh-oleh yaitu Teh hijau buatan penduduk lokal situ,
tetapi pada produk buatan tersebut kurang menarik karena hanya dikemas dengan
plastik transparan tanpa diberi label. Akhirnya saya membeli teh hijau di suatu
pusat oleh-oleh daerah situ, sesampainya di rumah saya langsung menyeduh teh
tersebut untuk di minum bersama-sama keluarga. Sungguh nikmat dan segar teh
tersebut dengan rasa sepatnya lumayan memberi kesehatan pada tubuh dan sebagai
penyembuhan berbagai penyakit.
Dari
pengalaman itulah saya ingin mengenalkan teh dari daerah karanganyar tersebut,
kebetulan daerah tersebut masih tetanggaan dengan daerah saya, makanya saya
ingin memperkenalkan teh dari daerah situ supaya bisa memajukan dan
memperkenalkan produk daerah karanganyar. Supaya lebih di kenal oleh berbagai
daerah kota besar di indonesia dan tidak menutup kemungkinan untuk di keneal di
barbagai mancanegara.
Untuk
proses pengelolahan teh saya belajar secara otodidak mulai dari proses
pemilihan pucuk daun teh yang berkualitas bagus, pengeringan atau pelayuan daun
teh, menggiling daun, oksidasi, sampai firing. Karena saya kesulitan untuk
mengolah teh tersebut dengan kendala ketidak sediaan alat/mesin, keterbatasan
waktu, dan biaya. Akhirnya saya lebih memilih membeli teh dalam bentuk kiloan,
bukan hanya sembarang membeli. Saya juga merasakan berbagai produk teh yang
ditawarkan oleh pedagang dan bertanya tentang kualitas produk tersebut, waktu
menemukan perpaduan rasa dan kualitas yang bagus sayapun tak pikir panjang
untuk membeli produk tersebut. Karena harganya yang mahal akhirnya saya harus
tawar-menawar dengan penjual disitu, walaupun dapat harga yang masih lumayan
mahal saya tetap berniat untuk melanjutkan project tersebut.
Dengan
menggunakan produk teh yang berkualitas serta kemasan yang menarik akhirnya
saya merubah konsep produk tersebut supaya bisa diterima oleh masyarakat
kalangan menengah keatas, maka desain produk yang saya buat lebih menonjolkan
unsur elegan dan tidak terlihat norak. Dalam menentukan konsep tentu saja harus
ada garis desain yang sama dengan target yang ingin dicapai, target yang saya
inginkan adalah produk bisa menjadi minuman teh paling berkualitas di indonesia
dan mendapat banyak penghargaan dari berbagai pihak. Untuk mencapai target
tersebut saya tentu harus bekerja lebih keras untuk memajukan bisnis yang saya
jalani.
Saya
juga pernah belajar branding suatu produk, dalam ilmu branding tentu banyak
yang harus di benahi untuk mendapat brand image yang baik pada produk. Branding
produk meliputi berbagai hal seperti: (Keunikan nama produk, Kualitas produk,
Tampilan produk, Harga jual produk, Cara pengiklanan produk, Serta masih banyak
lagi). Dalam membranding produk “DANS TEA” kebetulan masih tahap proses
pembelajaran, karena ilmu pada hasil olahan masih terbilang sangat awam jadi
saya tidak asal-asalan untuk membranding produk ini. Tapi semoga saja produk
ini mempunyai image yang baik bagi orang yang pernah mengkonsumsinya.
Setelah
proses desain produk selesai akhirnya saya memfokuskan untuk membuat racikan
teh celup yang sesuai, teh yang saya beli saya masukkan pada wadah kertas dan
saya keringkan kembali selama 2 jam dibawah terik sinar matahari. Ketika teh
udah siap waktunya pengemasan kedalam wadah kantong celup yang udah disediakan,
masing-masing kantong saya isi dengan satu sendok teh. Setelah kantong teh
telah terisi berikutnya menempelkan tali dan pegangan teh dengan baik, agar
ampas-ampas teh tidak bocor dari kantong tersebut dan tali pegangan teh tidak
gampang lepas.
Dalam
proses selanjutnya adalah mencetak packaging Teh tersebut ke percetakan
terdekat, saya menggunakan bahan kertas gambar biasa karena keterbatasan biaya
serta produksi saya juga tidak terlalu banyak, bila dicetak pada percetakan
besar harus menggunakan minimum order yang mewajibkan mencetak lebih dari 500
hasil desain. Dalam mencetak kemasan teh beserta pegangan teh berbentuk pic
guitar tersebut saya menghabiskan biaya sebesar Rp. 500 untuk satu kemasannya, kebetulan saya membuat
20 kemasan teh tersebut yang menghabiskan biaya Rp. 10.000. Memang lumayan
mahal untuk kualitas kemasan yang tidak seberapa, serta ketidak tahanan kemasan
terhadap air menjadikan kemasan lebih mudah rusak di banding kemasan-kemasan
teh lain yang beredar di pasaran. Pada kemasan teh tersebut berisikan 20
kantong teh celup, dan bisa di nikmati berkali-kali untuk menemani waktu santai
tentunya.
Cara
penyajian produk teh celup Dans Tea ini terbilang sangat mudah, dengan satu
kantong teh di taruh pada cangkir/gelas yang berukuran sedang, serta tambahkan
2-3 sendok gula(lebih sehat tidak pakai gula), Tuangkan air panas sebanyak
200ml, berikutnya tunggu selama 5 menit agar sari-sari teh merata ke dalam air.
Teh celup pun siap disajikkan.
Minuman
teh merupakan minuman penyegar yang paling populer dan paling banyak
dikonsumsi di dunia, setelah air putih. Teh diproduksi dari pucuk daun muda
tanaman teh (Camelia sinensis). Produk daun teh dapat menjadi berbeda satu sama
lain karena melalui berbagai metode atau cara pengolahan yang berbeda, sehingga
ketika daun teh kering tersebut diseduh dengan air panas, akan menimbulkan
aroma serta rasa yang khas yang berbeda pula.
Memasuki
proses penjualan atau pemasaran saya mengandalkan media sosial terutama
Blackberry Mesengger, karena target yang bisa cakup hanya sekitaran orang-orang
kampus UMBY. Jadi saya baru memasarkan disitu, selain menjual saya juga
mempromosikan produk saya kepada teman-teman satu kost dengan membuatkannya
sample produk teh saya. Banyak dari teman saya yang menyukai produk Dans Tea
tersebut akhirnya punya keinginan membeli, dari situ saya banyak mendapat
testimoni untuk meningkatkan penjualan dan memperbaiki kualitas produk saya.
Dalam
menjalani bisnis Teh celup ini saya banyak menghadapi kendala, mulai dari
keterbatasan biaya, waktu produksi yang masih saya lakukan seorang diri, dan
keterbatasan lingkup pemasaran untuk mencapai target penjualan. Di bisnis ini
saya juga banyak mendapat ilmu dan pengalaman yang sangat berharga, ilmu yang
tidak pernah saya dapat dalam materi-materi kuliah yang selama ini diajarkan.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Awan santoso dan asisten
Ibu Dwi Jayanti yang telah mengampu mata kuliah Kewirausahaan, dengan tema
Kelas perubahan saya akan memanfaatkan ilmu yang telah dapatkan agar nantinya
dapat berguna untuk saya sendiri dan orang lain umumnya.
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian sebelumnya saya dapat
menyimpulkan. Tujuan yang paling utamanya adalah di balik Berbisnis juga
beramal dangan harga produk yang bisa di jangkau oleh masyarakat menengah
kebawah.
Analisa peluang usaha, perhitungan modal dan penetapan
harga jual, perhitungan rugi/laba dan terakhir analisa keuntungan sangatlah
penting dan berpengaruh terhadap baik buruknya suatu bisnis atau naik turunnya
perusahaan yang kita jalani ini akan terlihat.
Demikianlah yang saya dapat sampaikan semoga dapat
bermanfaat untuk kedepannya.
Salam Ekonomi Kerakyatan.